:post

Rabu, 30 September 2009

Persefone Demeter Artemis

Setelah perang dengan para Titan selesai, bumi benar-benar hancur luluh. Zeus memerintahkan Dewi Demeter si penyayang padang hijau dan pohon rindang untuk membuat bumi ‘hidup’ kembali.
Demeter melakukannya dengan sempurna, bahkan ia mengajari manusia bercocok tanam dengan menyamar menjadi manusia. Maka kota-kota pun tumbuh dengan ramai. Manusia jadi benci berperang karena tidak ada lagi perebutan sumber makanan.


Ketika tugasnya membuahkan hasil, datanglah peristiwa yang menyayat hatinya. Ia teringat anak kesayangannya Persefone manakala jeritan itu menggema dibawa angin “Tolong ibu, aku diculik!” Demeter bergegas mencari anaknya hingga berhari-hari. Di hari ke sepuluh, Hekate, dewi bulan menemui Demeter karena iba. Diajaknya ia kepada Helios dewa matahari. Helios menceritakan kejadian penculikan Persefone yang jelita oleh Pluto adik Zeus penguasa Hades, dunia bawah tanah, karena terpesona oleh kecantikan gadis muda itu.

Demeter sangat marah dan berduka. Bumi kembali gersang, kelaparan dan kesengsaraan merebak diseluruh penjuru. Karena marah kepada Zeus yang memberikan Persefone pada Pluto, ia meninggalkan Olympus dan menyamar menjadi manusia biasa.


Demeter mengaku bernama Dio dan mengabdi di kerajaan Eleusius. Zeus akhirnya memberi keputusan untuk mengembalikan Persefone kepada ibunya setiap enam bulan sekali sehingga saat itulah bumi kembali bersemi dalam musim tumbuh yang indah.

Di kerajaan Skitia yang belum mengerti cara mengolah tanah, raja Lingus memerintah. Demeter mengutus Triptolemus putra Raja Keleus untuk mengajari mereka bercocok tanam. Dengan perjuangan yan berat, Triptolemus berhasil, namun raja iri akan prestasinya dan merencanakan pembunuhan atas Triptolemus. Namun tindakannya membuat nasibnya tragis karena diubah menjadi babi hutan, bahkan sebelum niatnya terlaksana.


Raja Erisikton juga mengalami nasib tragis akibat hukuman Demeter. Ia yang sangat obsesif terhadap kemewahan, menebang pohon dengan membabi buta untuk membangun istana. Maka Demeter meminta Peina sang Dewi Kelaparan untuk meniupkan racun lapar di tubuh Erisikton. Jadilah raja tamak itu merasai lapar yang tak terkendalikan meskipun kerjaannya adalah makan dan makan. Akhirnya ia pun tewas dalam keadaan yang mengenaskan.


Artemis saudara kembar Apollo adalah dewi yang angkuh nan cantik jelita. Ia senang berburu. Anak panahnya tak pernah eleset. Dua raksasa bersaudara Otus dan Efialtes putra Aleus yang menghina dewa-dewa dikalahkan oleh Artemis dengan cara membuat mereka saling melepas anak panah satu dengan yang lainnya. Karena hanya dengan itulah mereka bisa mati.


Artemis dipuja sebagai dewi kesucian. Pemujanya yang setia dan terhormat, bernama Hipolitus akhirnya meninggal dan hari kematiannya menjadi hari kesucian bagi pemuda pemudi Yunani.

Teseus, Raja Atena adalah ayah Hipolitus. Istrinnya, Antipope atau ratu Amazone meniggal saat pertempuran mempertahankan Atena. Teseus menikah lagi dengan Fedra. Saat itulah Hipoltus meninggalkan kerajaan menuju Trezen dan mewarisi tahta kakeknya Pitias yang bijaksana. Hipolitus terkenal sangat pandai mengendarai kereta kudanya.

Hipolitus mencintai Artemis dan mengeskpresikannya dengan rasa hormat yang takzim. Artemis pun mengasihi Hipolitus dengan mendalam. Kisah kasih yang amat tinggi itu membuat Afrodite cemburu dan membuat sebuah tragedi atas Hipolitus.

Ibu tiri Hipolitus dibuatnya jatuh cinta pada putra suaminya itu. Hipolitus yang agung dan santun menolaknya, Freda pun melontarkan fitnah bahwa ia telah diganggu oleh raja Trezen itu. Pengakuan itu dimuatnya dalam sebuah surat sebelum ia sendiri gantung diri! Maka murkalah Raja Teseus dan mengutuk Hipolitus hingga tercapai ajalnya dalam perjalanan ke Trezen.

Kesadaran Teseus terlambat. Hipolitus meninggalkan sesal bagi ayahnya itu. Pemujanya tak pernah mau mengakui bahwa pemuda baik hati itu telah tiada. Menurut mereka ia telah diangkat oleh Artemis menjadu gugusan bintang Inokhius atau Sang Pengendara Kereta.

Kisah lain menceritakan saat Artemis mandi di dalam gua, tubuhnya yang tak pernah terlihat oleh dewa dan manusia manusia manapun, ditatap oleh Akteon yang sedang berburu di hutan.

Akibatnya sungguh kejam. Akteon diubahnya menjadi seekor kijang dan dibunuh oleh anjing-anjing pemburu miliknya sendiri.

Kisah lain menceritakan seekor beruang jinak kesayangan Artemis di padang Vravron daerah Atika, suatu ketika diperlakukan berlebihan oleh seorang anak sehingga marah. Maka bencana penyakit melanda wilayah itu. Hingga akhirnya muncullah tradisi anak-anak berpakaian beruang dan memohon kasih dari Artemis di pimpin oleh pendeta di daerah itu yang terkenal dengan pesta Vavronia Read More..

Eskulapius

Eskulapius adalah putra Apolo disamping Pan dewa hutan berkaki kambing, ibunya bernama Koronis putri raja Tesalia yang meninggal saat melahirkan Eskulapius. Ia diserahkan kepada Kherion guru paling bijaksana di seluruh dunia.

Di Gunung Phelion, Eskulapius belajar ilmu obat-obatan. Ia akhirnya bahkan bisa menghidupkan orang mati tetapi karena kemampuannya itu ia dihukum oleh Zeus, dibuang ke Hades. Tetapi Eskulapius bersama dua putrinya Higela, ahli kebersihan dan Panakea, ahli obat-obatan tetap menolong orang sakit. Panakea membuat ramuan untuk segala penyakit, yang dikenal sebagai (obat) Panakea.

Hermes

Hermes dewa yang cerdik sedikit licik dan Apolo selalu ada kisah yang seru. Hermes putra Zeus dari ibu Maia, sejak masih bayi sudah membuat ulah. Balita itu bisa mencuri ternak dewa Olympus yang digembala oleh Apolo. Kelak ia juga mencuri Trisula Poseideon, pedang Ares bahkan halilintar Zeus!


Hermes adalah dewa yang penuh kontroversi. Ia cerdas tetapi memiliki sisi ‘manusia’ yang tinggi. Ia konon pelindung para cerdik pandai termasuk ahli hukum yang kadang dekat dengan tipu muslihat. Ia juga dewa bagi pencuri dan para buruh dan petani serta penggembala. Bahkan topi yang dikenakannya adalah topi penggembala. Ia juga dewa para atlet karena sangat mencintai olahraga.

Dafnis adalah putra Hermes yang ditinggalkan ibunya, seorang peri dari Sisilia. Ia ditinggalkan di bawah pohon dafne atau salam dalam bahasa Yunani. Dafnis sangat ahli dalam bermusik. Ia kemudian berpasangan dengan peri Like (Lyce) yang bersuara emas. Mereka sangat bahagia hingga Dafnis bersumpah kepada para dewa untuk dibutakan matanya jika ia berpaling untuk wanita lain. Maka saat ia digoda oleh perempuan ahli sihir, ia pun akhirnya menjadi buta dan akhirnya meninggal jatuh ke dalam jurang. Di tempat itu terbitlah sebuah mata air, dan konon seruling Dafnis masih sering terdengar di tempat itu. Read More..

Apolo dan Eros

Apolo dan Eros sering terjebak dalam perselisihan. Maka saat panah asmara Eros menembus jantung Apolo, panah kebencian dan ketakutan dilepaskannya ke jantung peri Dafne, putri Sungai Peneus yang sedang melintas. Jadilah kisah mereka kasih tak sampai, sampai akhirnya sang peri berubah menjadi pohon salam yang wangi karena ucapannya sendiri yang memilih berubah menjadi pohon daripada disentuh Apolo. Sang Dewa sedih bukan kepalang, dipetiknya beberapa helai daun salam itu dan dijadikan mahkota pada rambut emasnya.

Apolo yang tampan juga tidak berhasil memiliki Marpesa, putri Evenus raja Atolia. Syahdan Evenus hanya ingin menikahkan putrinya dengan seseorang yang bisa mengalahkan dirinya dalam pertarungan dengan kereta perang. Tak seorangpun yang bisa mengalahkan Evenus. Sampai datanglah Idas, sang pahlawan putra raja Mesene yang tak terkalahkan.

Marpesa sangat terkejut dan dalam hati tak ingin menikah dengan orang yang akan membunuh ayahnya sendiri. Idas tahu kecemasan sang Putri, maka diajaknya Marpesa pergi diam-diam sebelum pagi datang.

Evenus minta tolong Apolo untuk mengejar Idas. Apolo yang mencintai Marpesa segera membantu. Tetapi Avenus tewas saat menyeberangi sungai, Apolo memberi nama sungai itu Sungai Avenus dan kembali mengejar Idas.

Pertarungan antara Idas dan Apolo berlangsung sengit, sampai Zeus turun tangan dan melerai. Zeus memerintahkan Marpesa memilih, dan pilihannya jatuh pada Apolo alasannya ia manusia yang akan segera tua dan Apolo adalah dewa yang abadi. Zeus mengabulkan pilihan itu. Read More..

Apolo dan Hermes

Leto mengandung dua anak Zeus dan siap melahirkan, Hera sangat cemburu hingga mengutus Piton si ular jahat untuk mengejar Leto dan bayinya yang kelak adalah Apolo dan Artemis, Dewa Terang dan Dewi Terang Bulan.

Tersebutlah pulau Delos yang mengapung kemanapun arus laut bergerak. Leto memohon pada pulau itu untuk melindunginya maka pulau itu akhirnya berhenti, terpasak oleh batu besar yang seketika muncul.

Saat Apolo lahir, dunia menjadi terang benderang setelah murung mengiringi penderitaan Leto selama 9 hari 9 malam. Hefestus menghadiahi Apolo sebuah panah yang akhirnya akan menjadi sarana berakhirnya hidup Piton. Dengan terbunuhnya Piton, Apolo menanggung beban untuk membersihkan dirinya dari kenyataan bahwa ia telah menjadi pembunuh. Maka untuk menebus dosanya ia meninggalkan kedewaannya dan menjadi penggembala di kerajaan Ferae.

Sejak Apolo mengabdi, kekayaan dan kebahagiaan raja Ferae, Admentus, terus mengalir. Hingga pada suatu hari Admetus ingin meminang Alketis, putri Pelias raja Iolkhus yang ingin putrinya tetap bersamanya hingga tua. Ia mensyaratkan bagi yang ingin meminang Alketis menunggangi kereta perang yang ditarik oleh singa dan babi hutan. Berkat bantuan Apolo, Admetus berhasil mengendarainya di sepanjang jalan menuju Iolkhus. Karena kagum pada Admetus, maka Peliaspun dengan senang hati menyerahkan putrinya.

Setelah 9 tahun mengabdi di Ferae, Apolo pun kembali ke Delfi dalam keadaan suci. Sejak saat itu Apolo menjadi dewa pemaaf yang memberikan perlindungan kepada setiap manusia berdosa yang menunjukkan penyesalan yang tulus. Setelah mendirikan monumen keramat di Delos sesuai janji ibunya, Apolo meninggalkan Yunani ke utara ke tempat ibunya tinggal, negeri Hiperborea.

Disinilah tempat musim semi abadi yang senantiasa sejuk, cerah dan mandi cahaya. Ketika Apolo datang, burung-burung menyanyikan lagu selamat datang diantara pohon-pohon dan sinar matahari yang keemasan. Namun, pada saat yang sama, di Yunani awan hitam menutup angkasa. Hujan dan cuaca dingin suram segera tiba karena dewa terang meninggalkannya. Sampai ketika Apolo kembali di Yunani, hari-hari suram pun sirna, pesta besar, lagu-lagu indah mengumandang menyambut matahari, cahaya dan kebahagiaan hidup. Read More..

Mitologi Yunani





Dahulu kala ketika usia bumi ini masih muda, berpijaklah satu bangsa yang bernama bangsa Yunani. Bangsa Yunani Kuno ini mempunyai kepercayaan bahwa bentuk dari bumi ini bukanlah bulat seperti bola seperti halnya yang kita percayai, melainkan mereka percaya bahwa bentuk dari bumi ini bundar datar seperti cakram dengan negeri mereka berada di tengah-tengahnya, dan sebagai pusat dari alam semesta ini adalah Gunung Suci Olympus. Menurut kepercayaan mereka daratan yang terbentuk membentang dari Barat ke Timur, daratan yang membentang ini terbagi dua bagian yang sama besar dan terbagi oleh daerah perairan, yaitu Laut Tengah dan kelanjutannya Laut Euxine (Laut Hitam), sementara Sungai Ocean (sesungguhnya adalah Samudra Atlantic) mengelilingi cakram bumi dari Selatan ke Utara.


Jauh di sebelah Utara terdapat suatu negeri yang disebut Hyperborea konon di negeri ini didiami dan dihuni oleh suatu ras yang hanya mengenal kebahagiaan. Di sana udara selalu nyaman serta berbagai buah-buahan selalu tersedia dan dipanen sepanjang tahun. Sedangkan jauh di sebelah selatan terdapat negeri yang disebut Ethiopia, di negeri ini penduduknya hampir sama dengan di Hyperbore yaitu hanya mengalami kebahagiaan namun di Ethiopia ini para penduduknya mengalami masa muda yang abadi dan tidak akan menjadi tua. Konon para Dewa-Dewi bahkan merasa terhormat apabila dapat tinggal bersama mereka. menurut kepercayaan bangsa Yunani Kuno, Matahari, Bulan, Bintang-Bintang, dan Fajar dipercaya terbit dari istana di sebelah Timur dan terbenam di Sungai Ocean di sebelah Barat di mana telah menunggu perahu yang akan membawa Matahari, Bulan, Bintang-Bintang, dan Fajar kembali ke istana emas di Timur.


Istana Dewa-Dewi berada di Gunung Olympus, di Thessaly. Gerbangnya selalu diselimuti awan oleh Dewi-Dewi musim. sebenarnya para Dewa-Dewi ini memiliki istananya masing masing namun meski para Dewa-Dewi tersebut tinggal di istana yang berbeda-beda namun mereka senantiasa berkumpul di balairung para Dewa, yaitu di kediaman raja Dewa Zeus (Jupiter). Menurut kepercayaan Yunani Kuno para Dewa-Dewi tersebut sama dan serupa dengan manusia dalam banyak hal kecuali bahwa mereka lebih berkuasa dan abadi berkat makanan yang mereka Makan yaitu Ambrosia, dan minuman yang mereka minum yaitu Nectar. (pasti pernah dengar kalau Madu adalah minuman para dewa, nah Madu kan adalah Nectar, dan memang benar madu banyak manfaatnya dan khasiat salah satunya bisa bikin awet muda)


Awal Mula Penciptaan

Konon menurut kepercayaan Yunani Kuno sebelum bumi dan semua ini tercipta yang ada hanyalah kekosongan dan kekelaman tanpa batas yang disebut Chaos, Chaos mempunyai seorang istri yang bernama Nox yaitu sang Dewi malam. Dari perkawinan mereka inilah lahirlah Erebus yakni Dewa kegelapan, yang di kemudian hari mengusir Chaos dan mengawini ibunya sendiri. Dari perkawinan anak dan ibu ini Terlahirlah Ether yaitu Dewa udara yang kebiruan, serta Emera (Dia) sang Dewi siang yang cemerlang berseri-seri. Namun seperti halnya Erebus mengusir Chaos, Ketika bertahta Ether dan Emera (Dia)-pun mengusir Erebus dan Nox lalu mulai berkuasa dan memerintah. (kalau disimak mitologi ini tak jauh dari realita kita saat ini, dimana budaya atau hal-hal baru selalu menggantikan bahkan membunuh budaya atau hal-hal yang lama, atau bisa diartikan bahwa generasi muda selalu menggantikan generasi sebelumnya)

Dari pasangan ini (Ether dan Emera/Dia) lahirlah anak-anak yang Elok, Tampan, Cantik, dan Perkasa, yaitu Gaia (Terra) sang Dewi bumi yang penuh pesona, Caelus yaitu langit yang perkasa yang menyelimuti bumi dengan jubah birunya, Pontus sang lautan yang jubahnya membentang menutupi sebagian besar permukaan bumi, Amor yaitu Dewi cinta yang membawa benih-benih kehidupan, dan Tartarus yaitu neraka yang amblas ke dalam bumi dengan kedalaman yang tak terukur dan tak terjangkau oleh terang. Dan ditempat inilah tinggal Chaos, Nox, dan Erebus yang terasing dan terusir.


Ketika Ether dan Emera (Dia) turun tahta, Caelus sang langit menggantikan mereka naik tahta bersama Terra mendampinginya sebagai permaisuri. Dengan dibantu Amor yang membawa benih-benih kehidupan, Caelus dan Terra melahirkan anak-anak mereka yaitu para Titan (pria) dan Titanid (wanita) yang perkasa antara lain; Cronos (Saturn), Oceanus, Iapetus, Hyperion, Coeus, Crius, Rhea (Cybele), Justitia, Tethys, Theia, Mnemosyne, Eurybia, Phoebe, dan para Cyclop, yaitu raksasa-raksasa bermata tunggal diantaranya Brontes (Guntur), Steropes (Petir), dan Arges (Kilat), serta raksasa-raksasa berlengan seratus yang disebut Centimani yaitu Cottus, Gyes, dan Obriareus. Terra tidak hanya menikah dengan Caelus Ia juga menikah dengan Pontus (ternyata isu poliandri pada masa kuno sudah ada ya...) dan dari perkawinannya dengan Pontus tersebut, Terra melahirkan Nereus, Thaumas, Phorcys, dan Ceto.


Pemberontakan Para Titan

Suatu ketika Caelus sangat murka dengan tingkah laku para Titan putra-putranya yang dianggap tidak menghormatinya, maka dilemparkanlah putra-putranya tersebut ke dalam Tartarus sebagai hukuman terhadap mereka. Namun Terra sang ibunda melihat hal tersebut dan merasa iba atas nasib putra-putranya itu, maka kemudian pergilah Ia untuk membebaskan putra-putranya itu.


Setelah terbebas berkat kasih sayang sang ibunda maka para Titan ini kemudian menyusun siasat untuk menggulingkan Caelus. Titan yang paling berjasa dalam hal ini adalah Cronos (Saturn), Ia adalah Titan yang paling perkasa diantara para Titan lainnya yang kemudian mendatangi Caelus di saat sedang beristirahat dan dengan senjata sabitnya yang bermata berlian dia melukai ayahnya hingga tak berdaya. Maka terdengarlah pekik kemenangan Cronos (Saturn) di seluruh jagat, karena kini dialah yang berkuasa menggantikan Caelus. Namun Caelus sempat menjatuhkan kutukannya kepada Cronos (Saturn) bahwa kelak seorang putranya juga akan menjatuhkan Ia dari tahtanya.

Di dalam Tartarus, Nox kemudian melahirkan makhluk-makhluk yang mengerikan untuk menghukum Cronos (Saturn), yaitu Nemesis sang Kebencian, Kelaparan, Dusta, Fitnah, Kekejaman, Penderitaan, dan sebagainya.

Cronos (Saturn) bertahta menggantikan ayahnya. Dia mengawini saudarinya, salah seorang Titanid, yaitu Rhea (Cybele). Dari perkawinan ini lahirlah lima orang anak, yaitu Hestia (Vesta), Hera (Juno), Demeter (Ceres), Poseidon (Neptune), dan Hades (Pluto). Namun teringat akan kutukan ayahnya, maka Cronos (Saturn) menelan semua anaknya begitu mereka dilahirkan untuk menghindari bencana bagi dirinya atas kutukan dari ayahnya.

Zeus (Jupiter)

Pada saat kehamilannya yang keenam Rhea (Cybele) yang berduka oleh ulah Cronos (Saturn) terhadap anak-anak mereka sendiri kemudian pergi ke lereng Gunung Dicte di Crete untuk melahirkan bayinya agar selamat dari incaran suaminya. Sekembalinya ke istana Cronos (Saturn), Rhea (Cybele) berpura-pura mengerang sakit hendak melahirkan. Setelah persalinannya selesai dia menyerahkan bungkusan bayinya kepada Cronos (Saturn), untuk ditelan. Tanpa memeriksa lagi Cronos (Saturn), menelan bungkusan yang diberikan oleh istrinya tersebut yang ternyata berisi sebongkah batu.


Putra keenam Cronos (Saturn), dan Rhea (Cybele) yang selamat dari kebuasan ayahnya diasuh oleh para peri di hutan lereng Gunung Dicte, terutama oleh Melia dan Adrastea. Mereka menamai bayi itu Zeus (Jupiter). Para makhluk menyayangi dewa kecil tersebut seolah mereka tahu bahwa kelak Zeus (Jupiter) yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman sang tiran Cronos (Saturn). Seekor kambing betina yang bernama Amalthea, setiap hari memberikan air susunya kepada Zeus (Jupiter) dengan kasih sayang seorang ibu, kelak setelah Zeus (Jupiter) berkuasa Amalthea ditempatkan di angkasa di antara para bintang menjadi Rasi Bintang Capricorn.

Zeus (Jupiter) tumbuh dewasa dan menjadi seorang pemuda yang perkasa dan cerdas. Sahabatnya adalah seekor Rajawali besar bernama Aquila yang kerap membawakannya Ambrosia dan Nectar serta menceritakan hal-hal yang terjadi di seputar jagat raya. Zeus (Jupiter) menjadi tahu bahwa Cronos (Saturn), telah memerintah dunia ini didasari tindak kejahatan dan bertekad untuk menyelamatkan dunia ini dari kekejaman Cronos (Saturn).

Pertempuran Melawan Titan
 
Suatu ketika Zeus (Jupiter) mendapat kabar dari Oceanus bahwa Cronos (Saturn) yang saat itu memerintah semesta dengan kekejaman dan tindak tirani ternyata adalah ayahnya. Dia juga diberitahu bahwa saudara-saudarinya telah ditelan oleh Cronos (Saturn) setelah mereka dilahirkan. Bertambah bulatlah tekadnya untuk menyelamatkan dunia ini dari cengkeraman Cronos (Saturn). Oleh karena itu dia mengumpulkan sekutu-sekutunya yang juga menentang Cronos (Saturn). Namun sebelum itu dengan bantuan Methys, seorang putri Oceanus, dia membuat ramuan yang kemudian dipersembahkannya kepada Cronos (Saturn). Setelah meminum ramuan tersebut Cronos (Saturn). memuntahkan kembali semua anaknya yang ditelannya, Zeus (Jupiter) kemudian mengajak saudara-saudarinya tersebut bergabung melawan Cronos (Saturn). Ketika merasa diancam bahaya Cronos (Saturn) segera menghubungi saudara-saudaranya para Titan untuk membantunya. Sementara itu Zeus (Jupiter) telah berhasil mengumpulkan sekutu-sekutunya, yaitu saudara-saudarinya beserta Oceanus dan putri-putrinya, para Oceanid, serta Prometheus dan Epimetheus putra-putra Titan Iapetus. Mereka membangun markas di puncak Olympus kemudian mengelilingi altar bersumpah akan mengembalikan kedamaian dan ketentraman di semesta ini dengan menumbangkan kekuasaan Cronos (Saturn). Zeus (Jupiter) juga melepaskan para Cyclop dan Centimani dari Tartarus untuk membantunya melawan Cronos (Saturn) dan para Titan. Sebagai tanda terima kasihnya para Cyclop kemudian membuatkan senjata-senjata untuk Zeus (Jupiter) dan saudara-saudaranya, yaitu Petir untuk Zeus (Jupiter), Trisula yang dapat mengguncang bumi dan lautan untuk Poseidon (Neptune), dan Dwisula yang dapat membelah bumi dan Helm yang membuat pemakainya menjadi kasat mata untuk Hades (Pluto).


Perang melawan para titan berkobar sepuluh tahun lamanya. Namun akhirnya keunggulan Zeus (Jupiter) dengan sekutu-sekutunya terbukti. Para Titan yang kalah kembali dijebloskan ke dalam Tartarus, dirantai dengan rantai berlian dan dijaga oleh para Centimani. Atlas, saudara Prometheus dan Epimetheus yang membantu para Titan dihukum memanggul langit di pundaknya selamanya, sedangkan Cronos (Saturn). melarikan diri. Zeus (Jupiter) naik tahta menggantikan Cronos (Saturn). Dia membagi-bagikan kekuasaan kepada saudara-saudarinya. Poseidon (Neptune), menjadi penguasa lautan, Hades (Pluto) merajai Abyss/Tartarus (kerajaan orang mati), Hera (Juno) menjadi ratu langit dan permaisuri Zeus (Jupiter) . Namun Zeus (Jupiter) yang paling berkuasa atas mereka semua. Kehendak dan kata-katanya menjadi hukum yang harus dipatuhi. Memang seluruh makhluk memandangnya sebagai Bapa Semesta Alam karena dialah yang menyelamatkannya dari cengkeraman Cronos (Saturn). Dari istananya yang berselimut awan di Gunung Olympus Zeus (Jupiter) memerintah dunia dibantu oleh dewa-dewi lainnya.

Zeus (Jupiter) kerap dilukiskan sebagai pria tua berambut dan berjanggut keperakan memakai jubah putih. Di tangannya tergenggam senjatanya yang tak terkalahkan, yaitu petir, dan tongkat kerajaan di tangannya yang lain sementara bola dunia di bawah telapak kakinya. Di sampingnya Aquila yang perkasa mengepakkan sayapnya. Image Tuhan Allah dalam seni Kristen diilhami oleh figur Zeus (Jupiter). Read More..

Orpheus n Eurydice Part (1)



Orpheus, raja Thrace, adalah putra Apollo, dewa terang, dengan Calliope, dewi musik dan puisi epik. Di zamannya tak ada orang yang dicintai oleh semua makhluk lebih daripada Orpheus. Sebab selain tampan dan berbudi luhur, Orpheus merupakan pemusik yang handal. Apabila jari-jarinya yang terampil telah diayunkan pada dawai-dawai liranya dan suaranya yang merdu bersenandung, tak satupun yang tidak terpesona dibuatnya. Bahkan hewan-hewan buas akan berbaring berdampingan dengan mangsanya dan pepohonan seolah tercabut dari akarnya untuk mendengarkan permainan lira dan suara Orpheus yang memikat.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dalam hutan, Orpheus berjumpa dengan Eurydice, seorang peri hutan yang jelita. Mereka berdua saling terpesona dan jatuh cinta. Hati Orpheus tertawan oleh sinar mata Eurydice yang lembut dan gerai rambut hitamnya yang lincah berayun, sedangkan Eurydice terpesona oleh sosok Orpheus yang gagah.


 Mereka kemudian mengikrarkan diri untuk menjadi pasangan yang abadi. Sungguh pasangan yang serasi. Sebab selain kejelitaan Eurydice sebanding dengan ketampanan Orpheus, hanya Eurydicelah yang mampu menari dengan indahnya diiringi permainan musik Orpheus. Berdua mereka hidup dalam kebahagiaan yang berakar pada cinta sejati yang telah dianugerahkan dan mereka pelihara bersama.

Sayang sekali kebahagiaan mereka tidaklah sekekal cinta mereka. Para Parcae, dewi-dewi takdir, yang keras hati telah memutuskan riwayat Eurydice harus berakhir sampai di sini saja. Pada suatu hari, sebagaimana layaknya pasangan-pasangan yang saling mencintai lainnya, mereka melewatkan waktu berdua saja, berjalan-jalan menikmati keindahan pemandangan alam di Lembah Tempe. Bunga-bunga liar semarak bermekaran mengundang kupu-kupu beraneka warna untuk singgah mencicipi madu mereka. Dari jauh tampak puncak Olympus yang berselimut salju berdampingan dengan puncak Gunung Osa, sementara di antara keduanya mengalir dengan tenang air Sungai Peneus yang berkilau ditimpa sinar sang surya.

Menyaksikan pemandangan yang indah tak terperi tersebut, Orpheus segera memetik dawai-dawai liranya dan bernyanyi memuji keindahan alam diiringi celoteh riang burung-burung yang berloncatan di antara dahan-dahan pepohonan sycamore yang tumbuh di sana, sementara Eurydice menari dengan gemulainya.




Tiba-tiba dari balik semak-semak muncul seekor ular yang menancapkan taring-taringnya yang berbisa pada pergelangan kaki Eurydice. Eurydice menjerit pelan sebelum kemudian roboh dalam pelukan Orpheus yang segera menyongsongnya menyaksikan kejadian tersebut. Tapi terlambat! Eurydice telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, bahkan sebelum Orpheus sempat menanyakan keadaannya. Sementara ular berbisa tersebut telah lenyap entah ke mana seolah tak peduli betapa kebahagiaan sepasang anak manusia telah dihancurkannya.

Read More..

Orpheus n Eurydice part (II)



Dunia seakan kiamat bagi Orpheus. Hari-hari dan mimpi malamnya dihantui oleh bayangan Eurydice yang seolah mengajaknya melanjutkan nyanyian dan tarian yang tak sempat terselesaikan di lembah tersebut.




Akhirnya timbul tekad yang sungguh berani dalam diri Orpheus. Dia memutuskan pergi ke Hades, kerajaan orang-orang mati, untuk menjemput kembali jiwa Eurydice. Orpheus memang bukan pahlawan seperti Hercules yang sanggup menyelesaikan dua belas tugas raksasa. Bukan pula Theseus yang membunuh Minotaur, makhluk setengah manusia setengah banteng yang memangsa rakyatnya. Dia juga bukan Jason yang memimpin para pahlawan mengambil bulu domba emas di Colchis. Namun cintanya yang besar pada Eurydice dan derita berat yang harus ditanggung karena kehilangan Eurydice telah memberi Orpheus keberanian dan kekuatan seluruh pahlawan.



Banyak orang berusaha membujuk agar dia mengurungkan niatnya. "Jangan pergi Orpheus! Ingatlah kekerasan hati Pluto penguasa Hades dan Hakim-hakim di Hades yang keputusannya tak terubahkan!"

"Memang menyakitkan kehilangan orang yang kita kasihi. Tetapi waktu jualah yang akan menyembuhkan luka di hatimu."

Namun Orpheus tetap tak bergeming dari niatnya. Keputusannya sudah bulat. Dia pergi meninggalkan kerajaannya untuk menuju ke Hades.



Baru saja kakinya melangkah masuk ke dalam kegelapan gua di kaki Gunung Avernus yang berhubungan dengan Hades ketika seseorang menepuk pundaknya. Ternyata orang tersebut adalah, duta dewata yang bertugas mengantar jiwa-jiwa menuju ke Hades. Seperti yang lain, dia juga membujuk Orpheus membatalkan niatnya. "Kukagumi keberanianmu mencoba melakukan hal yang bahkan membuat pahlawan seperkasa Hercules pun berpikir dua kali sebelum bertindak, Orpheus. Namun tidakkah kau tahu bahwa kau mencoba meraih yang tak teraih, mengharapkan sesuatu yang mustahil? Tidak tahukah kau bahwa Pluto penguasa Hades buta terhadap penderitaan manusia dan tuli terhadap isak tangis mereka? Hanya kekecewaanlah yang akan menantikan di penghujung perjalananmu Orpheus, karena itu urungkanlah niatmu! Mari kuantar kau kembali ke atas sana."

Tetapi keteguhan hati Orpheus tak tergoyahkan.

"Antarkan aku menghadap Pluto Penguasa Hades!" adalah jawaban Orpheus kepada duta itu. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuat duta itu berdiam diri sejenak sebelum kemudian maju memimpin langkah-langkah Orpheus menuju Hades.




Akhirnya setelah berjam-jam menembus kesenyapan dan kegelapan di sekeliling mereka, tibalah mereka di tepian Sungai Styx, sungai suci yang harus diseberangi para jiwa agar sampai di Hades. Terdengar bunyi gemercik air yang jatuh di atas bebatuan.


Dari jauh tampak sosok kurus Charon, dewa yang bertugas menyeberangkan jiwa-jiwa, menepikan perahunya. Mulanya dia menolak menyeberangkan Orpheus karena Orpheus adalah makhluk hidup yang tidak boleh masuk ke dalam kegelapan Hades.

"Tidak tahukah bahwa aku hanya membawa jiwa-jiwa saja menyeberangi sungai ini dengan perahuku? Kau makhluk fana yang berdaging dan berdarah pulanglah! Tunggulah giliranmu mati untuk kuseberangkan ke sana!"

Orpheus hanya terdiam, kemudian disapukannya jari-jarinya pada dawai-dawai liranya.

Ting-a ling-a-ling! Suara yang demikian jernih bergema di kesunyian Hades.

Mata Charon terbelalak takjub mendengarkan nada-nada mempesona yang belum pernah didengarnya sebelumnya.

"Suara apa ini?" tanyanya.

Orpheus melangkahkan kakinya dengan mantap menaiki perahu sambil terus memainkan liranya diikuti oleh duta dewata. Charon terus mendengarkan nada-nada indah yang mempesonakan dirinya, sehingga kemudian tanpa disadarinya direngkuhnya dayung. Dan perahu tersebut meluncur di atas permukaan sungai suci yang tenang tersebut sampai ke seberang, di depan gerbang Hades.



Hal yang sama terjadi pada Cerberus. Anjing berkepala tiga penjaga gerbang Hades, yang termashyur karena kegarangannya terhadap makhluk yang mencoba memasuki atau jiwa-jiwa yang berusaha keluar dari Hades, Cerberus-pun terbuai oleh musik Orpheus sehingga mengizinkannya lewat

Read More..

Orpheus n Eurydice part (III)



Di Hades Orpheus menjumpai pemandangan yang suram tak menyenangkan. Tampak olehnya jiwa-jiwa berbaris menunggu keputusan dijatuhkan oleh Justitia, dewi keadilan, dan Hakim-hakim Hades, bagi mereka apakah mereka harus melanjutkan hidup di Tartarus (neraka) atau di Padang Elysium (surga) sesuai dengan perbuatan mereka semasa hidup.
Duduk di atas tahta Hades yang bertatahkan batu-batu mulia dialah Pluto, penguasa Hades yang keras hati, dewa yang ditakuti setiap makhluk hidup. Di sampingnya duduk Proserpine, ratu Hades sendiri. Di sekeliling mereka berdirilah tiga Fury atau Eumenides: Tisiphone, Megaera, dan Alecto, yaitu dewi-dewi pembalasan yang bertugas menghukum jiwa-jiwa yang semasa hidupnya berbuat jahat.
Wajah Pluto yang sudah menakutkan tersebut tampak lebih seram ketika dilihatnya duta dewata datang beserta Orpheus. Pluto bertanya, siapakah makhluk kurang ajar ini yang merasa dunia berada dalam genggaman tangannya sehingga tanpa menyayangkan hidupnya sendiri berani datang kemari, ke kerajaan orang-orang matiku?" geram Pluto kepada Orpheus .

Segera Orpheus menjelaskan siapa dirinya dan maksud kedatangannya.
"Penguasa Hades yang agung, aku Orpheus, putra Apollo dari Calliope, datang kemari untuk menjemput jiwa istriku."

"Istrimu?"

"Peri hutan Eurydice. Kami hidup berbahagia di atas sana sampai pada hari saat takdir kejam merenggutnya dari sisiku. Kini aku memohon kemurahan hatimu agar bersedia mengembalikan jiwa Eurydice pada kehidupan. Sebab kurasakan terlalu singkat kebahagiaan yang telah kami nikmati, terlampau pendek hari-hari yang telah kami jalani bersama."

"Lancang! Kesombongan macam apa yang kau pertontonkan di hadapanku ini? Tak tahukah kau bahkan Jupiter Penguasa Semesta, sendiri enggan untuk meminta padaku mengembalikan jiwa orang yang telah mati kembali pada kehidupan? Dan kau! Atas nama siapa yang telah membuatmu berani mengajukan permohonan yang mustahil ini?"

"Atas nama Cinta yang telah melahirkan kehidupan, yang kuasanya mencakupi seluruh makhluk dan mengatasi kita semua, bahkan para dewa-dewi. Atas namanyalah aku datang kemari dan berdiri memohon di hadapanmu."
"Cinta!" ujar Pluto dingin, "untuk apa kaubawa-bawa Cinta dalam hal ini? Apa urusannya Cinta dengan orang-orang mati? Terangkan padaku, Orpheus, apa arti Cinta!"
"Penguasa Hades yang agung, sungguh aku tak pernah berkehendak mengguruimu tentang makna Cinta, tetapi dengarlah apa arti cintaku pada Eurydice! Panjang jarak yang harus kutempuh kemari, bukannya sedikit bahaya yang menghadang di perjalananku, Sungai Styx telah kuseberangi, dan Cerberus kuhadapi. Segala derita kutanggung dan susah payah kuabaikan hanya dengan harapan agar Eurydice boleh kembali ke sisiku. Dialah belahan jiwaku dan pangkal kebahagiaan hidupku. Jika ini tak layak disebut Cinta, maka aku tak tahu lagi apa yang dimaksud dengan Cinta."

Orpheus menyampaikan semua hal tersebut dalam nyanyian diiringi petikan dawai-dawai liranya. Dalam sekejap semua makhluk di Hades terdiam. Tak ada satupun yang bersuara. Semuanya seakan terbius oleh permainan lira Orpheus dan suaranya yang mengalun merdu.

Pluto sendiri, yang telinganya terbiasa oleh ratapan jiwa-jiwa yang menangisi orang-orang yang mereka tinggalkan, tersentuh hatinya oleh nyanyian Orpheus. Terlebih-lebih bagi Proserpine yang juga merupakan dewi musim semi. Nyanyian tersebut menembus jiwanya. Teringat olehnya hari-hari bahagianya di atas sana sebelum diperistri Pluto. Teringat olehnya akan hangatnya sinar matahari, akan kicau burung yang merdu, gemercik air sungai yang sebening kristal dalam perjalanannya menuju ke hilir, dan akan pasangan-pasangan kekasih yang berlarian di padang bunga yang bermandikan cahaya matahari yang keemasan, sehingga tanpa disadari air matanya telah berderai membasahi pipinya.
"Orpheus, oh, Orpheus! Kasih!" tiba-tiba terdengar satu suara menyeruak keheningan di antara yang hadir.

Part IV Read More..

Orpheus n Eurydice part (IV)



Nyanyian Orpheus terhenti. Dari barisan para jiwa muncullah Eurydice yang segera berlari mendapatkan kekasihnya. Orpheus berusaha merengkuh bayangan Eurydice dalam pelukannya. Namun karena sebagai jiwa Eurydice tak dapat disentuh makhluk hidup, akhirnya mereka hanya dapat saling memandang ke dalam mata mereka yang penuh kerinduan akan satu sama lain.


Semua yang hadir terkejut campur cemas menyaksikan hukum yang telah digariskan dewata dilanggar. Yang mati bersatu dengan yang hidup. Tak ada yang dapat membayangkan kemurkaan Pluto penguasa Hades dan hukuman yang akan dijatuhkannya. Duta dewata buru-buru, memisahkan Eurydice dari Orpheus.

Pluto penguasa Hades terdiam menyaksikan adegan tersebut. Namun hanya sekejap. Ketika dilihatnya air mata mengalir di wajah Proserpine hatinya yang keras pun melunak. Dia bangkit dari tahtanya dan dengan suara berat bersumpah akan mengabulkan apapun permohonan Orpheus.

"Demi air Sungai Styx yang mengalir di kerajaan ini, katakan kepadaku apa yang kau kehendaki, dan aku akan memberikannya kepadamu!"

Orpheus memohon agar jiwa Eurydice boleh kembali bersamanya ke dunia untuk melanjutkan hari-hari bahagia mereka.

"Penguasa Hades yang agung, semoga kau mengizinkan Eurydice kembali bersamaku ke atas sana melanjutkan hari-hari penuh cinta kami. Tak kuasa aku membayangkan dia harus berada di tempat ini tanpa diriku atau aku di atas sana tanpa dirinya. Biarkan dia kembali agar aku bisa menghayati lagi kebahagiaan yang ditimbulkan oleh cintanya dan dia oleh cintaku. Bila hal ini tidaklah mungkin, semoga engkau berbelas kasih mengizinkan aku tinggal di sini di sisinya."

"Biarlah terjadi seperti kehendakmu Orpheus. Tetapi sebagaimana aku menepati sumpahku, kau juga harus berjanji padaku untuk memenuhi syarat yang kuberikan," kata Pluto.

"Katakan saja, Penguasa Hades yang agung! Bersama Eurydice di sampingku, tak ada syarat yang terlalu berat untuk kujalani ."
Kemudian Pluto bersabda, "Biarlah jiwa Eurydice berjalan mengikutimu kembali ke dunia atas sana. Namun pantang bagimu menengok ke belakang, ke arahnya, selama kau berada dalam kegelapan Hades. Jika syarat ini kau langgar, maka Eurydice akan kembali berada di sini, di antara jiwa-jiwa yang lain, saat itu juga."

Part V

Read More..

Orpheus n Eurydice part (V)



Orpheus menyanggupi syarat yang tampaknya ringan tersebut. Kemudian pasangan kekasih tersebut meninggalkan Hades. Gerbang Hades yang dijaga Cerberus telah mereka lewati, demikian pula Sungai Styx telah mereka seberangi. Sejauh itu Orpheus sanggup menahan diri untuk tidak menengok ke belakang.


Namun semakin jauh mereka meninggalkan kegelapan di belakang, semakin gelisahlah hati Orpheus diusik keragu-raguan. Apakah jiwa Eurydice mengikutinya? Apakah raungan Cerberus tidak membuat gentar jiwa Eurydice melangkah keluar dari gerbang Hades? Apakah Charon tidak menolak menyeberangkan jiwa Eurydice? Oh dewa! Kalau saja dia boleh yakin bahwa Eurydice ada bersamanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengusik batin Orpheus. Semakin jauh langkahnya menuju terang, semakin gelaplah pikirannya.

Akhirnya, tak tahan oleh keragu-raguan yang mengusik hatinya, Orpheus melanggar syarat yang diberikan oleh penguasa Hades. Dia menoleh ke belakang untuk melihat jiwa Eurydice.

"...pantang bagimu menengok ke belakang, ke arahnya, selama kau berada dalam kegelapan Hades...."

Maka...


"Orpheus, ah, Orpheus! Ketidaksabaranmukah? Keragu-raguanmukah? Atau takdir kejamkah yang mengkhianati cinta kita dan membuatmu melanggar syarat yang telah diberikan padamu atas kesempatan bagi kita untuk bersatu kembali? Kuulurkan tanganku padamu namun kutahu aku tak mungkin lagi menjadi milikmu di dunia atas sana?" desah jiwa Eurydice memilukan.

Dan Orpheus melihat bayangan Eurydice memudar dalam kegelapan Hades. Sia-sia lengannya terulur mencoba menggapai jiwa Eurydice. Bayangan Eurydice telah sirna.

Dia berlari kembali mencoba mengejarnya. Sampai di tepian Sungai Styx dia memohon dengan ratapan pada Charon agar bersedia menyeberangkannya. Namun kesempatan kedua tak pernah ada bagi Orpheus. Charon menulikan telinganya terhadap permohonan Orpheus.

Akhirnya karena lelah meratap dan memohon Orpheus kembali ke tempatnya kehilangan Eurydice untuk kedua kalinya. Sungguh kehilangan yang sekali ini lebih berat dirasanya daripada kehilangan yang pertama. Dan sungguh ironis! Ditemukannya liranya menggeletak hanya dua langkah dari tempat yang disinari matahari

Orpheus kembali ke dunianya. Hari-harinya dijalaninya dengan murung dan penuh duka. Tak ada lagi yang mampu mengembalikan gairah hidupnya. Bahkan bayangan Eurydice pun tak mampu membuatnya bersemangat kembali, karena dia tahu betapa sia-sia mengharapkan kemurahan dewata agar Eurydice kembali ke sisinya.

Dia memutuskan untuk tidak kembali ke Thrace melainkan mengembara membawa luka di hatinya. Seolah ingin disuarakannya kepedihan hatinya dan ketidakadilan dewata terhadapnya ke seluruh pelosok dunia. Dan dawai-dawai liranya pun tak pernah lagi mengalunkan lagu suka.

Suatu ketika tibalah Orpheus di suatu desa yang sedang merayakan festival untuk menghormati Bacchus, dewa anggur dan keriangan. Para wanita yang hadir dalam festival tersebut membujuk Orpheus agar memainkan liranya untuk mengiringi hymne suci bagi Bacchus. Dalam dukanya Orpheus menolak. Rupanya penolakan tersebut menimbulkan amarah bagi wanita-wanita pemuja Bacchus. Dalam keadaan mabuk oleh anggur yang mereka minum dalam festival, mereka menyerang Orpheus dengan golok dan sabit dan mencabik-cabiknya beramai-ramai. Terlalu berat dibebani duka di hatinya Orpheus tidak berusaha melawan.




Ketika sadar para wanita tersebut terkejut dengan apa yang telah mereka perbuat. Namun terlambat! Orpheus telah mereka bunuh Kepalanya hanyut dibawa arus Sungai Hebrus sementara bibirnya masih terus menggumamkan sebuah nama. Nama yang hidup abadi dalam hatinya, Eurydice. Para peri yang menemukan kepala Orpheus kemudian menguburkannya di Libethra di lereng Olympus Di sana burung-burung penyanyi berkicau lebih merdu daripada burung-burung di tempat lain sejak saat itu.


Jiwa Orpheus yang meninggalkan tubuhnya meluncur ke kegelapan Hades. Di sana jiwanya bertemu dan bersatu dengan jiwa Eurydice. Meskipun kegembiraan dan keceriaan tak dikenal di Hades yang suram, namun jiwa Orpheus berbahagia dengan jiwa Eurydice, sebab cinta mereka telah mengalahkan maut itu sendiri
Dan lira Orpheus? Lira tersebut terbawa ombak sampai ke Pulau Lesbos dan terdampar di pantainya. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan alat musik itu tergeletak di sana. Ketika debur ombak terus menyentuh dawai-dawainya dengan berirama, terciptalah melodi-melodi indah yang mengalun sampai ke telinga Apollo yang lalu memungut lira putranya tersebut dan meletakkannya di angkasa, di antara bintang-bintang, menjadi rasi bintang Lira. Read More..